Angsoduo. Ado di kota Jambi.. Adek Cantik nak pegi kemano ? Cari-cari ado di muko serambi". Demikianlah lagu angso duo yang menjadi ingatan masyarakat Jambi. Kisah Angso duo adalah cerita Rakyat. Dua angsa yang kemudian bertemu. Dua sejoli yang kemudian bersepakat membangun hubungan percintaan. Nah. Tempat bertemunya duo angso yang kemudian
Cerita Rakyat Sejarah Asal-Usul Angso Duo Konon, pada masa Jambi masih merupakan bagian dari kerajaan Pagaruyung yang berada dibawah naungan kerajaan Majapahit, ada seorang putri cantik bernama Putri Selaras Pinang Masak. Ia bertempat tinggal di hulu sungai Batanghari, yang membelah wilayah Jambi. Karena tidak mau tunduk kepada kekuasaan Majapahit, yang saat itu akan berpisah dari kerajaan Pagaruyung, maka ia pun melarikan diri dan dikejar-kejar oleh tentara Majapahit. Di dalam perjalanannya itu ia mendapat petuah, untuk mencari lokasi baru untuk tempat tinggalnya kelak . Lalu sesuai dengan petunjuk yang diperolehnya, ia melepaskan dua ekor angsa, jantan dan betina di sungai Batanghari. Dan melihat di mana kedua angsa itu berhenti berenang, sebagai titik lokasi untuk mendapatkan kepastian di mana ia harus membangun istana yang baru. Pengganti istana yang ditinggalkannya di Pagaruyung. Akhirnya ia melihat kedua angsa berhenti, di sebuah daratan . Dan di sanalah ia membangun istananya kembali. Lalu sejak itu, legenda tentang Angsa Dua , atau Angso Duo dalam dialek Jambi, menjadi terkenal dan tercatat dalam sejarah berdirinya kerajaan Melayu Jambi . Benar tidaknya kisah ini, wallahu alam…karena ini adalah hikayat turun temurun yang tetap hidup dalam masyarakat Jambi. cerita rakyat sejarah asal usul Angso Duo versi lainnya konon jaman dahulu kala sekitar tahun 1500an, hiduplah seorang raja kerajaan melayu yang bernama Orang kayo Itam yang sakti dan Pemberani mungkin nama ini sekaligus menjelaskan kekayaan dan bentuk fisiknya. Orang Kayo Itam ini menikahi Putri dari Temenggung Merah Mato dari Sumatra Barat Pagaruyung yang bernama Putri Mayang Mangurai. Sebagai Hadiah pernikahan, Mertuanya memberikan sepasang Angsa jantan dan betina serta Perahu Kajang Lako. Mereka disuruh untuk melepaskan Sepasang angsa tersebut ke sungai Batanghari dan mengikuti kemanapun kedua angsa tersebut berenang. Bila Angsa itu berhenti dan membuat sarang untuk bertelur, maka lokasi tempat berhentinya Angsa itu adalah lokasi untuk membentuk kerajaan baru. Singkat cerita, akhirnya mereka menemukan lokasi kerajaan baru tersebut yang kini dikenal sebagai Kota Jambi. Makanya Kota jambi dikenal juga sebagai Tanah Pilih.. ya, tanah yang dipilih oleh angsa.. Angso Duo atau Dua Angsa ciri khas hewan yang selalu tampak atau menghiasi daerah jambi. Ikon Angso Duo begitu akrab dengan masyarakat jambi. Patung yang melambangkan Angso Duo banyak terdapat dalam Propinsi jambi khususnya Kota Jambi. Cerita Putri Tangguk Putri Tangguk adalah seorang petani yang tinggal di Negeri Bunga Tanjung, Kecamatan Danau Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia. Ia memiliki sawah hanya seluas tangguk, [1] tetapi mampu menghasilkan padi yang sangat melimpah. Pada suatu hari, Putri Tangguk dikejutkan dengan sebuah peristiwa aneh di sawahnya. Ia mendapati tanaman padinya telah berubah menjadi rerumputan tebal. Mengapa tanaman padi Putri Tangguk secara ajaib berubah menjadi rumput? Temukan jawabannya dalam cerita Putri Tangguk berikut ini! * * * Alkisah, di Negeri Bunga, Kecamatan Danau Kerinci Jambi, ada seorang perempuan bernama Putri Tangguk. Ia hidup bersama suami dan tujuh orang anaknya. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia bersama suaminya menanam padi di sawahnya yang hanya seluas tangguk. Meskipun hanya seluas tangguk, sawah itu dapat menghasilkan padi yang sangat banyak. Setiap habis dipanen, tanaman padi di sawahnya muncul lagi dan menguning. Dipanen lagi, muncul lagi, dan begitu seterusnya. Berkat ketekunannya bekerja siang dan malam menuai padi, tujuh lumbung padinya yang besar-besar sudah hampir penuh. Namun, kesibukan itu membuatnya lupa mengerjakan pekerjaan lain. Ia terkadang lupa mandi sehingga dakinya dapat dikerok dengan sendok. Ia juga tidak sempat bersilaturahmi dengan tetangganya dan mengurus ketujuh orang anaknya. Pada suatu malam, saat ketujuh anaknya sudah tidur, Putri Tangguk berkata kepada suaminya yang sedang berbaring di atas pembaringan. “Bang! Adik sudah capek setiap hari menuai padi. Adik ingin mengurus anak-anak dan bersilaturahmi ke tetangga, karena kita seperti terkucil,” ungkap Putri Tangguk kepada suaminya. “Lalu, apa rencanamu, Dik?” tanya suaminya dengan suara pelan. “Begini Bang! Besok Adik ingin memenuhi ketujuh lumbung padi yang ada di samping rumah untuk persediaan kebutuhan kita beberapa bulan ke depan,” jawab Putri Tangguk. “Baiklah kalau begitu. Besok anak-anak kita ajak ke sawah untuk membantu mengangkut padi pulang ke rumah,” jawab suaminya. “Ya, Bang!” jawab Putri Tangguk. Beberapa saat kemudian, mereka pun tertidur lelap karena kelelahan setelah bekerja hampir sehari semalam. Ketika malam semakin larut, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Hujan itu baru berhenti saat hari mulai pagi. akibatnya, semua jalan yang ada di kampung maupun yang menuju ke sawah menjadi licin. Usai sarapan, Putri Tangguk bersama suami dan ketujuh anaknya berangkat ke sawah untuk menuai padi dan mengangkutnya ke rumah. Dalam perjalanan menuju ke sawah, tiba-tiba Putri Tangguk terpelesat dan terjatuh. Suaminya yang berjalan di belakangnya segera menolongnya. Walau sudah ditolong, Putri Tangguk tetap marah-marah. “Jalanan kurang ajar!” hardik Putri Tangguk. “Baiklah! Padi yang aku tuai nanti akan aku serakkan di sini sebagai pengganti pasir agar tidak licin lagi,” tambahnya. Setelah menuai padi yang banyak, hampir semua padi yang mereka bawa diserakkan di jalan itu sehingga tidak licin lagi. Mereka hanya membawa pulang sedikit padi dan memasukkannya ke dalam lumbung padi. Sesuai dengan janjinya, Putri Tangguk tidak pernah lagi menuai padi di sawahnya yang seluas tangguk itu. Kini, ia mengisi hari-harinya dengan menenun kain. Ia membuat baju untuk dirinya sendiri, suami, dan untuk anak-anaknya. Akan tetapi, kesibukannya menenun kain tersebut lagi-lagi membuatnya lupa bersilaturahmi ke rumah tetangga dan mengurus ketujuh anaknya. Pada suatu hari, Putri Tangguk keasyikan menenun kain dari pagi hingga sore hari, sehingga lupa memasak nasi di dapur untuk suami dan anak-anaknya. Putri Tangguk tetap saja asyik menenun sampai larut malam. Ketujuh anaknya pun tertidur semua. Setelah selesai menenun, Putri Tangguk pun ikut tidur di samping anak-anaknya. Pada saat tengah malam, si Bungsu terbangun karena kelaparan. Ia menangis minta makan. Untungnya Putri Tangguk dapat membujuknya sehingga anak itu tertidur kembali. Selang beberapa waktu, anak-anaknya yang lain pun terbangun secara bergiliran, dan ia berhasil membujuknya untuk kembali tidur. Namun, ketika anaknya yang Sulung bangun dan minta makan, ia bukan membujuknya, melainkan memarahinya. “Hei, kamu itu sudah besar! Tidak perlu dilayani seperti anak kecil. Ambil sendiri nasi di panci. Kalau tidak ada, ambil beras dalam kaleng dan masak sendiri. Jika tidak ada beras, ambil padi di lumbung dan tumbuk sendiri!” seru Putri Tangguk kepada anak sulungnya. Oleh karena sudah kelaparan, si Sulung pun menuruti kata-kata ibunya. Namun, ketika masuk ke dapur, ia tidak menemukan nasi di panci maupun beras di kaleng. “Bu! Nasi dan beras sudah habis semua. Tolonglah tumbukkan dan tampikan padi!” pinta si Sulung kepada ibunya. “Apa katamu? Nasi dan beras sudah habis? Seingat ibu, masih ada nasi dingin di panci sisa kemarin. Beras di kaleng pun sepertinya masih ada untuk dua kali tanak. Pasti ada pencuri yang memasuki rumah kita,” kata Putri Tangguk. “Ya, sudahlah kalau begitu. Tahan saja laparnya hingga besok pagi! Ibu malas menumbuk dan menampi beras, apalagi malam-malam begini. Nanti mengganggu tetangga,” ujar Putri Tangguk. Usai berkata begitu, Putri Tangguk tertidur kembali karena kelelahan setelah menenun seharian penuh. Si Sulung pun kembali tidur dan ia harus menahan lapar hingga pagi hari. Keesokan harinya, ketujuh anaknya bangun dalam keadaan perut keroncongan. Si Bungsu menangis merengek-rengek karena sudah tidak kuat menahan lapar. Demikian pula, keenam anaknya yang lain, semua kelaparan dan minta makan. Putri Tangguk pun segera menyuruh suaminya mengambil padi di lumbung untuk ditumbuk. Sang Suami pun segera menuju ke lumbung padi yang berada di samping rumah. Alangkah terkejutnya sang Suami saat membuka salah satu lumbung padinya, ia mendapati lumbungnya kosong. “Hei, ke mana padi-padi itu?” gumam sang Suami. Dengan perasaan panik, ia pun memeriksa satu per satu lumbung padinya yang lain. Namun, setelah ia membuka semuanya, tidak sebutir pun biji padi yang tersisa. “Dik…! Dik…! Cepatlah kemari!” seru sang Suami memanggil Putri Tangguk. “Ada apa, Bang?” tanya Putri Tangguk dengan perasaan cemas. “Lihatlah! Semua lumbung padi kita kosong. Pasti ada pencuri yang mengambil padi kita,” jawab sang Suami. Putri Tangguk hanya ternganga penuh keheranan. Ia seakan-akan tidak percaya pada apa yang baru disaksikannya. “Benar, Bang! Tadi malam pencuri itu juga mengambil nasi kita di panci dan beras di kaleng,” tambah Putri Tangguk. “Tapi, tidak apalah, Bang! Kita masih mempunyai harapan. Bukankah sawah kita adalah gudang padi?” kata Putri Tangguk. Usai berkata begitu, Putri Tangguk langsung menarik tangan suaminya lalu berlari menuju ke sawah. Sesampai di sawah, alangkah kecewanya Putri Tangguk, karena harapannya telah sirna. “Bang! Pupuslah harapan kita. Lihatlah sawah kita! Jangankan biji padi, batang padi pun tidak ada. Yang ada hanya rumput tebal menutupi sawah kita,” kata Putri Tangguk. Sang Suami pun tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya tercengang penuh keheranan menyaksikan peristiwa aneh itu. Dengan perasaan sedih, Putri Tangguk dan suaminya pulang ke rumah. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Selama dalam perjalanan, Putri Tangguk mencoba merenungi sikap dan perbuatannya selama ini. Sebelum sampai di rumah, teringatlah ia pada sikap dan perlakuannya terhadap padi dengan menganggapnya hanya seperti pasir dan menyerakkannya di jalan yang becek agar tidak licin. “Ya… Tuhan! Itukah kesalahanku sehingga kutukan ini datang kepada kami?” keluh Putri Tangguk dalam hati. Sesampainnya di rumah, Putri Tangguk tidak dapat berbuat apa-apa. Seluruh badannya terasa lemas. Hampir seharian ia hanya duduk termenung. Pada malam harinya, ia bermimpi didatangi oleh seorang lelaki tua berjenggot panjang mengenakan pakaian berwarna putih. “Wahai Putri Tangguk! Aku tahu kamu mempunyai sawah seluas tangguk, tetapi hasilnya mampu mengisi dasar Danau Kerinci sampai ke langit. Tetapi sayang, Putri Tangguk! Kamu orang yang sombong dan takabbur. Kamu pernah meremehkan padi-padi itu dengan menyerakkannya seperti pasir sebagai pelapis jalan licin. Ketahuilah, wahai Putri Tangguk…! Di antara padi-padi yang pernah kamu serakkan itu ada setangkai padi hitam. Dia adalah raja kami. Jika hanya kami yang kamu perlakukan seperti itu, tidak akan menjadi masalah. Tetapi, karena raja kami juga kamu perlakukan seperti itu, maka kami semua marah. Kami tidak akan datang lagi dan tumbuh di sawahmu. Masa depan kamu dan keluargamu akan sengsara. Rezekimu hanya akan seperti rezeki ayam. Hasil kerja sehari, cukup untuk dimakan sehari. Kamu dan keluargamu tidak akan bisa makan jika tidak bekerja dulu. Hidupmu benar-benar akan seperti ayam, mengais dulu baru makan….” ujar lelaki tua itu dalam mimpi Putri Tangguk. Putri Tangguk belum sempat berkata apa-apa, orang tua itu sudah menghilang. Ia terbangun dari tidurnya saat hari mulai siang. Ia sangat sedih merenungi semua ucapan orang tua yang datang dalam mimpinya semalam. Ia akan menjalani hidup bersama keluarganya dengan kesengsaraan. Ia sangat menyesali semua perbuatannya yang sombong dan takabbur dengan menyerakkan padi untuk pelapis jalan licin. Namun, apalah arti sebuah penyesalan. Menyesal kemudian tiadalah guna. * * * Demikian cerita Putri Tangguk dari Provinsi Jambi. Cerita di atas tergolong mitos yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di kalangan masyarakat Jambi, mitos ini sering dijadikan nasihat orang tua kepada anak-anaknya agar tidak menyia-nyiakan padi. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah keburukan sifat sombong dan takabbur. Sifat ini tercermin pada sikap dan perilaku Putri Tangguk yang telah meremehkan padi dengan cara menyerakkannya di jalan yang licin sebagai pengganti pasir. Akibatnya, hidupnya menjadi sengsara karena padi-padi tersebut murka kepadanya. Dari sini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa harta dan pekerjaan dapat membuat seseorang lalai, lengah, dan tidak waspada dalam berbuat, sehingga mengakibatkan kebinasaan dan malapetaka. Orang yang memiliki sifat-sifat tersebut biasanya akan menyadari kesalahannya setelah tertimpa musibah. Sebagaimana dikatakan dalam ungkapan Melayu, “ingat setelah kena” Tennas Effendy, 1995 87. Hal ini tampak pada sikap dan perilaku Putri Tangguk, yang baru menyadari dan menyesali semua perbuatannya setelah tertimpa musibah, yakni padi ajaib enggan untuk kembali dan tumbuh lagi di sawahnya. Cerita Orang Kayo Hitam ~ Dia, Orang Kayo Hitam, seorang yang terkenal. Namun sebagai seorang raja, ayah beliau konon kabarnya berasal dari buah nyiur gading. Pada zaman dahulu di negeri Jambi ini, ada sebatang nyiur gading yang hanya berbuah lima. Kelima buah nyiur tersebut sampai batangnya tua tetap tidak gugur-gugur. Begitu batang nyiur tadi akan tumbang karena sudah sangat tua, yang rupanya masa hidupnya sudah berakhir, kelima buah nyiur tersebut gaib berubah menjadi manusia. Empat menjelma menjadi laki-laki, dan seorang perempuan. Lelaki yang tertua menjadi raja Mataram yang kedua raja di Jambi bernama Datuk Temenggung empat Tiang Bungkuk berkuasa di Ranah Minang, yang kelima, yang paling bungsu, seorang wanita bernama Puteri Mayang Mengurai. Datuk Temenggung Mareha Mata kelak mempunyai lima orang anak. Yang tertua bernama Orang Kayo Hitam, yang kedua Orang Kayo Pinagi, ketiga Orang Kayo Gemuk, keempat Orang Kayo Padataran, dan yang paling bungsu seorang wanita bernama Puteri Pinang Masak. Pada masa itu negeri Jambi berhubungan baik dengan kerajaan Mataram. Raja Mataram kebetulan berasal dari negeri Jambi sendiri, yang dahulunya penjelmaan buah nyiur gading. Sudah menjadi kebiasaan pada waktu itu, setiap tahun, Kerajaan Jambi mengirim upeti ke Mataram berupa pekasam keluang dan pekasam pacat. Tetapi ketika Orang Kayo Hitam naik takhta, kebiasaan itu dihentikannya. Tentu saja raja negeri Mataram sangat marah. Dan ketika itu baginda sudah tahu bahwa berbuat demikian ialah raja Jambi sendiri, yang bernama Orang Kayo Hitam, segeralah disusunnya suatu rencana untuk menyerang Jambi. Untuk menyerang Jambi tidak mudah. Karena itu baginda mendirikan pusat latihan tentara di Mataram. Pelatih tentara yang dipersiapkan tersebut dipercayakan kepada sembilan orang hulubang yang dianggap tangguh. Di lain pihak untuk membunuh Orang Kayo Hitam, sengaja dibuat sebuah keris yang ditempa sembilan tempaan, dan harus selesai dikerjakan selama sembilan kali Jumat. Orang Kayo Hitam, dalam pada itu, sudah tahu pula segala rencana pamannya raja Mataram tersebut. Maka dibulatkannya tekadnya untuk segera berangkat ke Mataram. Perlengkapan yang dibawanya, tombak bermata tiga berhulu tentang tenggeris bujang sebuah, jala sutera, seekor burung tiga warna, hitam, putih, dan merah. Kelima barang tersebut ditaruhnya baik-baik di dalam perahu yang akan dipakainya untuk berlayar. Ikut bersama Orang Kayo Hitam ialah adiknya sendiri, Orang Kayo Pingai. Adiknya ini mempunyai sifat yang lain dari pada yang lain. Kalau sudah makan akan segera jatuh tertidur dengan pulasnya. Tak satu pekerjaan pun yang disenanginya. Dan memang ia tak suka bekerja. Orang yang mengerti betul akan sifat-sifatnya ini hanyalah kakaknya sendiri. Orang Kayo Hitam. Kepada Orang Kayo Hitamlah semua kehendaknya dapat disalurkan. Orang Kayo Hitamlah dapat memberinya makan kenyang. Itulah sebabnya kemana saja Orang Kayo Hitam pergi. Orang Kayo Pingai telah turut pula. Ia tak hendak tahu sedikit pun dengan persoalan kakaknya itu, apalagi bila kakaknya dalam kesulitan. Baru saja Orang Kayo Hitam sampai di pelabuhan Mataram, ia disambut dengan tembakan meriam. Tapi Orang Kayo Hitam yang sudah berubah rupa menjadi anak yang kudisan, tak cedera sedikit pun oleh tembakan tadi. Melihat keadaan yang demikian, baginda raja segera memerintahkan kesembilan hulubalangnya menangkap anak kecil yang baru datang itu. Tapi ketika mereka sampai dipelabuhan, bau busuk menusuk-nusuk hidung, menyebabkan mereka tak dapat mendekat ke perahu anak kecil tadi. Mereka pun kembali ke tempat raja di pemusatan latihan. Pada hari Jumat pertama, baginda raja bersama seorang mpu pandai besi telah berada di sebuah gua batu tempat yang letaknya oleh seorang jua pun. Maklumlah rahasia kegunaan keris yang akan dikerjakan mpu tersebut tak boleh diketahui oleh siapa saja. Ketika baginda telah meninggalkan gua batu, dan yang ada di dalamnya hanya mpu seorang, anak kecil kudisan tadi telah muncul begitu saja disana. Mpu pandai besi tadi sangat terkejut melihat kedatangan anak kecil yang tak diduga-duganya sebelum itu. “Eh, mengapa engkau sampai di sini?” Mpu pandai besi bertanya kepada anak kecil kudisan yang telah berdiri dengan beraninya di dalam gua bersamanya. “Anak siapa engkau gerangan hingga tersesat sampai kemari ?” “Hamba tidak tersesat, Mpu!”jawab anak tersebut. “Ketahuilah oleh Mpu, bahwa Mpu berada hamba pasti bersama Mpu pula. Yang ingin hamba tanyakan, apa yang sedang Mpu kerjakan di dalam gua batu ini seorang diri?” “Tidakkah nampak olehmu bahwa aku sedang membuat keris? Keris ini terbuat dari besi yang diramu di sembilan desa, dan di tempa sembilan tempaan, yang harus selesai selama sembilan kali Jum’at, kata Mpu itu. “Untuk apa keris yang demikian aneh itu?” Pertanyaan tersebut tidak dijawabnya sedikitpun oleh Mpu pandai besi itu. Ia tanpa menoleh meneruskan pekerjaannya. Mengetahui pertanyaannya tak akan dijawab oleh Mpu tua pandai besi tadi, segeralah ia minta diri. Sebentar kemudian ia telah sampai kembali di perahunya. Didapatinya adiknya Orang Kayo Pingai mendengkur tidur dengan nyenyaknya. Semenjak itu, anak kecil tadi tak lagi pergi kemana-mana. Ia sudah tahu keris yang dikerjakan mpu tua akan selesai delapan kali Jum’at lagi. Waktunya dihabiskannya di perahu saja, bermain dengan kelima barang bawaannya yang dibawanya dahulu dari Jambi. Penduduk negeri Mataram tak hendak mendekat karena bau busuk selalu tercium dengan lantang dari perahu yang tertambat itu. Menurut perkiraan mereka pastilah anak kecil yang dihinggapi kudis ganas tersebut akan mati juga akhirnya seorang diri. Apa gunanya dijenguk kesana. Kalau penyakit tersebut sebangsa penyakit menular, tentu amat berbahaya untuk didekati. Biarlah anak tersebut mati menurut panggilan nasibnya. Ketika jangka sembilan Jum’at sudah tiba, anak kecil itu pergilah kembali ke gua batu tempat mpu sedang membuat keris dahulu. “Ha, engkau sudah datang pula!” kata mpu pandai besi kepadanya. “Apakah hamba tidak boleh melihat keris itu?” jawabnya. Kalau hamba boleh melihatnya, tentu boleh pula memegangnya agak sebentar,” kata anak itu lagi. “Tidak boleh!” bentak mpu tersebut, “Nanti diketahui raja.” “Tidak apa-apa, Mpu” kata anak itu, “Mana mungkin raja mengetahuinya. Kita hanya berdua saja di dalam gua ini.” Begitulah anak lelaki kecil itu mengugut-ugut terus serta membujuk-bujuk mpu pembuat keris. Hingga akhirnya keris tersebut ditunjukkannya juga kepada anak kecil yang cerdik itu. “Berapa upah yang Mpu terima dari raja untuk membuat keris ini!” “Kulub” katanya kepada anak kecil setelah ia berada di perahu di pelabuhan. “Boleh tak boleh aku akan bersembunyi disini. Dapatkah engkau menerimaku?” “Tentu” jawab anak kecil diperahu tersebut. “Datuk dapat terbaring didalamnya. Percayalah kepada hamba, tak seorang pun yang akan dapat melihat Datuk.” Anak kecil kudisan yang telah lama bermukim di pelabuhan tersebut mulai membersanilan diri pergi ke gelanggang tempat tentara Mataram melakukan latihan. Ketika ia sampai disana semua orang mengejeknya sejadi-jadinya. Kebanyakan di antara mereka marah kepada anak kecil tersebut. Anak kecil tadi dengan anak ayam jantan yang terkepit diketiaknya tidak berbuat sesuatu apa. Ia hanya berdiam diri saja, biarpun ejekan dan caci maki menjadi-jadi dilontarkan orang banyak. Kudis yang melekat ditubuhnya digaruk-garuknya juga, menyebarkan bau busuk, yang makin menimbulkan marah orang banyak. “Baik kita bunuh anak kecil kudisan itu,” kata salah seorang hulubalang yang delapan kepada kawan-kawannya. “Apa yang engkau ketahui anak kecil?” serunya pula. “Tak sesuatu pun yang hamba ketahui Datuk” jawab anak tersebut sambil menggaruk-garuk kudisnya. “Kalau demikian mengapa engkau kemari?” bentak salah seorang hulubalang yang delapan. “Hamba ingin bermain-main bersama ayam hamba ini,” jawab anak itu. Mendengar tutur anak kudisan itu tertawa semua orang yang ada di tempat latihan itu. Seorang yang dikelihatannya amat garang, berkata dengan lantang, “Jawab pertanyaanku, bedebah! Kalau tidak engkau kubunuh. Permaianan apa yang engkau kuasai?” “Hamba tak menguasai sesuatu permainan pun” jawabnya. “Engkau pandai main ini” tanya hulubalang garang itu pula menirukan gerakan orang bersilat. “Hamba tak pandai, Hamba hanya pandai sekedar memainkan kayu. “Dimana engkau simpan kayumu itu? tanya hulubalang. “Di dalam perahu di pelabuhan,” jawab anak itu. Engkau tunggulah disini anak kotor!” kata hulubalang tersebut. “Biar kami yang akan mengambilnya.” Maka pergilah hulubalang yang delapan ke pelabuhan menjemput kayu yang dikatakan anak kecil tadi. Tetapi alangkah kecewa mereka, karena yang mereka temukan hanya perahu kecil yang kosong. Mereka pun kembali ke tempat latihan dengan marah yang berapi-api. Ingin rasanya mereka hendak menghabisi anak kecil itu pada saat itu juga. “Engkau betul-betul seorang pendusta besar!” bentak salah seorang hulubalang yang baru kembali bersama kawan-kawannya.”Engkau katakan kayumu di perahu, ternyata engkau hanya ingin mempermainkan kami. Engkau rupanya ingin mengacau. Baik engkau kami bunuh bersama ayammu sekali.” “Ayam hamba ini pandai berkokok!” jawab anak kecil itu tanpa menaruh rasa takut sedikit jua pun. “Kalau hendak mencoba boleh kita coba.” Kemudian dihamburkannya anak ayam kecil itu… cikcikeiaaaap, ayam itu berkokok dengan lucunya. Semua orang terdiam keheranan. “Nah, hanya demikianlah kepandaian hamba, Tuk” Para hulubalang pelatih tentara banyak tadi, sangat marah menyaksikan gelagat anak kecil yang menjengkelkan mereka. Serentak mereka menyeret anak tersebut menuju pelabuhan. Di kapalnya teracung mata-mata pedang yang berkilat-kilat tertimpa cahaya matahari. Tunggulah sebentar!” kata anak lelaki tersebut kepada kedelapan hulubalang yang memuncak amarah mereka. “Simpanlah dahulu semua pedang Datuk-datuk”. Ia pun mengikatkan ayamnya ketiang layar perahunya. “Sekali ini engkau benar-benar kami bunuh”’ bentak pemimpin hulubalang tersebut. “Engkau telah mempermainkan kami. “Inilah kayu yang Datuk-datuk pinta” jawabnya. Serentak dengan itu dilibaskannya tangkai tombaknya kepada hulubalang delapan yang mengelilinginya sehingga mati semua. Setelah semua hulubalang tersebut tewas semuanya, ia langsung melenting kedaratan dan bergegas ke tempat latihan. Dia mengamuk dan menewaskan semua tentara yang sedang berlatih disana. Dihabiskannya dalam waktu yang cukup pendek. Tinggallah sekarang raja seorang diri, dengan memendam rasa marah. Tak diketahui baginda bahwa anak kecil tersebut anak kemenakannya sendiri. “Engkau mungkin berhajat hendak menguasai kerajaanku. Buyung!” kata baginda dengan marah. “Tapi ketahuilah olehmu bahwa selagi hayatku masih ada tak mungkin kuserahkan kepadamu.” Anak kecil tersebut tidak tersinggung mendengar ucapan pamannya. Dibujuknya juga pamannya supaya jangan terlanjur begitu. Tetapi raja Mataram nampaknya tak memperdulikan sedikit jua pun bujukan tersebut. Bahkan baginda tiba-tiba menangkap dan menghempaskannya. Tujuh hari tujuh malam lamanya. Dilanjutkannya menggunakan senjata tujuh hari tujuh malam pula. Namun semua senjata patah-patah, anak kecil tersebut belum juga cedera. Ia malahan belum membalas. Kemudian ia direndam pula dalam sumur selama tujuh hari tujuh malam, namun ia belum juga binasa, dan ia belum juga melawan. Datuk Darah Putih Dahulu di Jambi, ada sebuah kerajaan yang memiliki hulubalang bernama Datuk Darah Putih. karena jika dia terluka, darah yang keluar akan berwarna putih. Ia hulubalang yang jujur, pandai, dan berani. Suatu hari, Raja memerintahkan Datuk Darah Putih membentuk pasukan inti kerajaan. Dalam waktu singkat, Datuk Darah Putih berhasil mengumpulkan puluhan prajurit pilihan, lalu melatih kemampuan perang mereka. setahun berlatih, seluruh anggota pasukan inti telah menjadi prajurit yang tangguh dan pemberani. Raja pun memerintahkan datuk untuk berperang. seluruh pasukan bersiap dengan segala peralatan perang. Keesokan harinya, Datuk Darah Putih bersama pasukannya berangkat ke Pulau Berhala dengan menggunakan tiga buah jongkong perahu besar. istri Datuk Darah Putih yang sedang hamil tua, ikut mengantar pasukan kerajaan tersebut sampai ke pelabuhan. Beberapa saat kemudian, ketiga jongkong tersebut berlayar menuju ke Pulau Berhala. Setelah Datuk Darah Putih dengan pasukannya sampai di Pulau Berhala, mereka langsung mengatur strategi, membuat benteng-benteng pertahanan, dan tempat pengintaian. Keesokan harinya, tampak dari kejauhan iring-iringan kapal pasukan Belanda akan memasuki Selat Berhala. Ketika iring-iringan kapal Belanda memasuki Selat Berhala, ketiga jongkong pasukan kerajaan langsung meluncur ke arah kapal-kapal Belanda. Saat jongkong-jongkong tersebut merapat, Datuk Darah Putih beserta pasukannya segera berlompatan masuk ke dalam kapal-kapal Belanda sambil menebaskan pedang dan menusukkan keris ke arah musuh. Pasukan Belanda yang mendapat serangan mendadak itu menjadi panik. Mereka tidak sempat lagi menggunakan bedil mereka. Untuk mengimbangi serangan dari pasukan kerajaan, mereka menggunakan pedang panjang. Namun karena dalam keadaan tidak siaga, mereka pun tidak berdaya dan menagaku kalah. Pasukan Datuk Darah Putih merayakan kemenangan itu. Tiga hari kemudian, tampak iring-iringan tiga kapal besar dengan jumlah serdadu yang lebih banyak sedang memasuki Selat Berhala. Namun, hal itu tidak membuat Datuk Darah Putih gentar. Ia pun segera menyiapkan pasukannya untuk menghadang mereka. Pasukan Datuk Darah Putih segera menaiki jongkong-jongkong lalu meluncur dan merapat ke kapal-kapal Belanda. Kali ini, mereka menghadapi musuh yang lebih berat. Jumlah pasukan Belanda lebih banyak dibanding pasukan kerajaan, sehingga pertempuran itu tampak tidak seimbang. Di haluan kapal, tampak Datuk Darah Putih dikeroyok oleh tiga orang serdadu Belanda. Tidak lama, ia pun mulai terdesak dan tiba-tiba lehernya tersabet pedang seorang serdadu Belanda. Keluarlah darah putih dari lehernya itu,tapi ia tetap melakukan perlawanan. Namun pada akhirnya mereka mumdur ke pulau Berhala Datuk Darah Putih segera mendapatkan perawatan. Sesampainya di sana, ia didudukkan di tempat yang aman dan tersembunyi. Para prajurit telah berusaha menutup luka pimpinannya, namun darah putih tetap saja keluar. “Tolong carikan aku batu sengkalan untuk menutupi luka di leherku ini!” perintah Datuk Darah Putih. Dengan sigap, salah seorang prajurit segera mencari batu itu. Tidak berapa lama, prajurit itu pun kembali membawa sebuah anak batu sengkalan yang tipis, lalu menempelkannya pada luka di leher Datuk Darah Putih. Darah putih itu pun berhenti seketika. Begitu lukanya tertutup batu sengkalan, Datuk Darah Putih bangkit, lalu melompat ke atas jongkong. Meskipun masih terluka, Datuk Darah Putih mampu melakukan perlawanan. Tidak berapa lama, akhirnya seluruh serdadu Belanda tewas. Namun, di balik kemenangan itu tersimpan rasa sedih melihat keadaan Datuk Darah Putih yang terluka parah. Mereka pun kembali ke benteng pertahanan di Pulau Berhala sambil memapah Datuk Darah Putih. Cerita Putri Cermin Cina Alkisah Pada Jaman dahulu kala di daerah Jambi ada sebuah negeri yang dipimpin oleh seorang Raja yang bernama Sutan Mambang Matahari. Sutan memiliki seorang anak laki-laki bernama Tuan Muda Selat serta seorang anak perempuan bernama Putri cermin Cina. Tuan Muda Selat adalah pemuda yang rupawan tapi sifatnya sedikit ceroboh. Sementara Putri Cermin Cina merupakan seorang putri yang cantik jelita, baik hati, dan lemah lembut. Pada suatu hari, datanglah saudagar muda ke daerah tersebut, saudagar muda itu bernama Tuan Muda Senaning. Pertama-tama tujuan Tuan Muda Senaning hanya untuk berdagang, tapi saat penjamuan makan Tuan Muda Senaning bertamu dengan Putri Cermin Cina. Pada saat itu Tuan Muda Senaning jatuh hati pada Putri Cermin Cina. Demikian juga, diam-diam Putri Cermin Cina juga menaruh hati pada Tuan Muda Senaning. Putri Cermin Cina menyarankan untuk Tuan Muda Senaning untuk datang kepada ayahandanya Sutan Mambang Matahari untuk melamarnya. Tak lama kemudian tuan Muda Senaning datang menghadap Sutan Mambang Matahari untuk melamar Putri Cermin Cina. Sutan Mambang Matahari dengan senang hati menerima lamaran Tuan Muda Senaning karena memang Tuan Muda Senaning memiliki pribadi yang baik dan sopan. Namun Sutan Mambang Matahari terpaksa menunda pernikahan Tuan Muda Senaning dengan Putri Cermin Cina selama 3 bulan karena Sutan harus berlayar untuk mencari bekal pesta pernikahan putrinya. Sebelum berangkat berlayar, Sutan Mambang Matahari berpesan kepada Tuan Muda Selat untuk menjaga adiknya dengan baik. Pada suatu hari, ketika keberangkatan Sutan Mambang Matahari, Tuan Muda Senaning dan Tuan Muda Selat asyik bermain gasing di halaman istana. Mereka tertawa tergelak-gelak makin lama makin asyik sampai orang yang memdengar juga turut tertawa senang. Hal tersebut membuat Putri Cermin Cina penasaran dan ingin melihat keasyikan kakaknya dan calon suaminya, dia melihat dari jendela. Kehadiran Putri Cermin Cina terlihat oleh 2 orang itu, sambil menoleh kearah jendela, Tuan Muda Senaning melepas tali gasingnya dan Gasing Tuan Muda Senaning mengenai gasing Tuan Muda Selat. Karena berbenturan keras sama keras, gasing Tuan Muda Selat melayang dan terlempar tinggi. Gasing itu terlempar kearah Putri Cermin Cina yang melihat dari jendela. Gasing tersebut berputar diatas kening Putri Cermin Cina. Putri Cermin Cina pun menjerit kesakitan Kening Putri Cermin Cina berlumuran darah, dia lalu jatuh ke lantai tak sadarkan diri. Semua orang panik serta berusaha menolong Putri Cermin Cina. Tapi takdir berkata lain, Putri yang cantik jelita tersebut akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir. Tuan Muda Senaning sangat merasa bersalah karena kematian Putri Cermin Cina, dia menjadi putus asa serta gelap mata. Dia melihat 2 tombak bersilang di dinding, dengan cepat tombak itu di tarik serta di tancapkan ke tanah dengan posisi mata tombak menghadap ke atas. Lalu Tuan Muda Senaning melompat kearah mata tombak dan seketika itu mata tombak menembus perutnya sampai punggungnya. Kemudian Tuan Muda Senaning meninggal untuk menyusul Putri Cermin Cina. Semua warga membantu mengurus 2 jenazah orang yang saling jatuh cinta tersebut. Tuan Muda Selat begitu kalut serta bingung. Ayahandanya pasti marah besar kalau mengetahui kejadian tersebut. Kedua jenazah tersebut akhirnya dikuburkan. Jenazah putri Cermin Cina dikubur di tepi sungi, Sementara jenazah Tuan Muda Senaning dibawa anak buahnya ke kapal, dan kapal tersebut berlayar ke seberang. Jenazah Tuan Muda Senaning dikuburkan di tempat tersebut diberi nama dusun Senaning. Tuan Muda Selat pun merasa bersalah karena kematian adik tercintanya, dia selalu menyalahkan dirinya karena gasingnya, Putri Cermin Cina meninggal dunia. Kemudian Tuan Muda Selat pergi meninggalkan negerinya bersama orang-orang kampung. Orang-orang yang ikut dengannya ditinggal di sebuah tempat dan tempat itu di sebut Kampung Selat. Tapi Tuan Muda Selat pergi tanpa mempunyai tujuan yang jelas. Tidak lama kemudian Sutan Mambang Matahari sampai di kampungnya. Sutan bingung karena kampungnya begitu sepi, dia menuju istanan tapi hanya tersisa beberapa orang yang menjaga istana beberapa orang yang menjaga istana. Setelah Sutan tau tentang kejadian sebenarnya, Sutan Mambang Matahari merasa sedih, kemudian dia beserta pengikutnya pergi meninggalkan kampungnya, mereka pergi ke dusun seberang serta mendirikan kampung disana. Kampung tersebut terletak diantara kubur Tuan Muda Senaning, dan kapal Tuan Muda Selat Kampung tersebut bernama Dusun Tengah Lubuk Ruso. demikianlah artikel dari mengenai Cerita Rakyat Jami Asal Usul Angso Duo, Putri Tangguk, Orang Kayo Hitam, Datuk Darah Putih, Putri Cermin Cina, semoga aritiekel ini bermanfaat bagi anda semuanya. Permintaantersebut disampaikan Zulhas dalam rangkaian kunjungan kerja di Jambi, Selasa (2/8). "Saya minta, mulai minggu depan, harga TBS harus di atas Rp 2.000 per kilogram dan para pengusaha wajib mentaati aturan yang telah disepakati," kata Zulhas saat berkunjung di Pasar Angso Duo. Dalam kunjungan tersebut, Ketum Partai Amanat 0% found this document useful 0 votes27 views2 pagesDescriptionSEJARAH JAMBIOriginal TitleASAL USUL ANGSO DUOCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes27 views2 pagesAsal Usul Angso DuoOriginal TitleASAL USUL ANGSO DUOJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Ceritarakyat sejarah asal usul Angso Duo. Konon, pada masa Jambi masih merupakan bagian dari kerajaan Pagaruyung yang berada dibawah naungan kerajaan Majapahit, ada seorang putri cantik bernama Putri Selaras Pinang Masak. Ia bertempat tinggal di hulu sungai Batanghari, yang membelah wilayah Jambi.
Banyak sekali kisah atau legenda yang berkembang di Indonesia. Salah satunya yang bisa kamu simak adalah cerita rakyat Si Kelingking yang berasal dari Jambi ini. Penasaran seperti apa? Mending cek selengkapnya di bawah ini!Kamu mungkin kurang familier dengan cerita rakyat Si Kelingking asal Jambi ini. Nah, karena tak kenal maka tak sayang, tidak ada salahnya kalau kamu membaca kisah nusantara yang satu yang satu ini cocok banget, kok, dijadikan hiburan. Terlebih lagi, tidak hanya sekadar menghibur, tetapi ada pesan moral yang bisa kamu dapatkan setelah artikel ini, kamu tidak cuma bisa membaca cerita lengkapnya saja, lho. Nanti, akan ada juga penjelasan singkat mengenai unsur-unsur intrinsik dan fakta menarik dari cerita rakyat Si Kelingking asal Jambi ini. Daripada kebanyakan basa-basi, langsung saja baca kisahnya Rakyat Si Kelingking Asal Jambi Sumber Gambar Rumah Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri yang tinggal di sebuah dusun di Negeri Jambi. Pasangan tersebut sudah sangat lama menikah. Sayangnya, mereka belum juga diberi keturunan. Mereka sudah mengupayakan segala cara untuk mendapatkan anak. Namun, keinginan tersebut tetap saja belum bisa terwujud. Di tengah keputusasaannya, mereka semakin mendekatkan diri pada Tuhan dan berdoa. Isi doanya kira-kira demikian “Tuhan, kami ini sudah lama menikah, tapi belum juga diberikan seorang keturunan. Karuniakanlah seorang anak kepada kami. Meskipun hanya sebesar kelingking, kami akan menerimanya.” Benar saja, beberapa bulan kemudian, sang istri hamil. Akan tetapi, suaminya menyangsikan hal tersebut karena sang istri sudah cukup berumur. Terlebih lagi, tidak ada tanda-tanda kehamilan yang terlihat. Walaupun demikian, istrinya tetap bersikeras kalau ia hamil. Perasaannya sebagai wanita yang mengatakan hal tersebut. Ia juga merasakan kalau di dalam perutnya seperti ada sesuatu yang bergerak. “Kenapa abang masih tidak percaya kalau aku hamil? Bukankah kita dulu meminta pada Tuhan untuk diberikan seorang anak meskipun itu sekecil jari kelingking?” katanya. “Ya, Istriku. Kamu mungkin benar. Bisa saja kehamilanmu ini tidak terlihat karena anak kita memang sebesar jari kelingking,” pasrah sang suami. Kelahiran Si Kelingking Tidak terasa, sembilan bulan telah berlalu. Sang istri kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang besarnya hanya sejari kelingking. Meskipun begitu, pasangan tersebut tetap merasa bahagia karena doanya untuk memiliki anak telah terkabul. Suami istri ini kemudian menamai anaknya Si Kelingking sesuai dengan ukuran tubuhnya. Mereka merawat dan membesarkan anak lelakinya itu dengan penuh kasih sayang. Hari berganti hari dan tahun berganti tahun. Si Kelingking kini telah menjadi seorang pemuda meskipun tubuhnya masih tetap kecil. Keadaan fisiknya tersebut tidak menjadikan halangan. Walau tubuhnya kecil, ia tetap bisa membantu kedua orang tunya untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Pemuda itu juga tidak merasa rendah diri karena memiliki fisik berbeda dari yang lain. Ia benar-benar menerimanya dengan ikhlas. Lagi pula, ia tahu bagaimana perjuangan kedua orang tuanya untuk mendapatkan dirinya. Baca juga Legenda Asal Usul Danau Malawen dan Ulasannya, Sebuah Imbauan untuk Mendengarkan Nasihat Kedua Orang Tua Kedatangan Nenek Gergasi Sumber YouTube – TV Anak Indonesia Hingga pada suatu hari, Negeri Jambi kedatangan seorang perusuh bernama Nenek Gergasi. Konon, wanita tua ini adalah hantu pemakan apa saja yang memiliki detak jantung, termasuk manusia. Hal tersebut tentu saja membuat para warga resah. Orang-orang tidak ada yang berani keluar karena takut dimakan oleh Nenek Gergasi. Karena keadaan menjadi semakin genting, raja kemudian menyuruh semua rakyatnya untuk mengungsi, termasuk keluarga Si Kelingking. “Anakku, cepatlah bersiap-siap! Kita harus segera pindah ke tempat yang lebih aman,” kata ayahnya. Bukannya segera bersiap, pemuda tersebut malah terdiam dan termenung sejenak. Melarikan diri seperti ini bukanlah cara yang tepat. Kalau ingin aman, maka nenek itulah yang seharusnya diusir, begitulah batinnya dalam hati. “Ayah… sepertinya aku tidak akan ikut mengungsi. Biarkan aku tinggal di sini saja,” katanya. “Kamu yakin? Memangnya kamu tidak takut dimakan Nenek Gergasi?” tanya ayahnya. “Ayah tidak perlu khawatir. Aku akan mengusir wanita tua pengganggu itu,” ucapnya. Hal itu tentu saja membuat ayahnya ragu, bagaimana anaknya yang sekecil itu bisa mengalahkan Nenek Gergasi. Si Kelingking kemudian menjelaskan karena ukuran tubuhanya yang kecil ini akan lebih memudahkan rencananya. Ia hanya meminta tolong ayahnya membuatkan lubang untuk tempat sembunyi. Dirinya pun berjanji akan memberitahukan pada semuanya jika sudah berhasil mengusir nenek tua itu. Menjalankan Rencana Para warga, termasuk ayah dan ibunya, sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman. Si Kelingking tinggal sendirian di desa dan bersembunyi di sebuah lubang yang telah dibuatkan oleh sang ayah. Saat hari sudah menjelang malam, Nenek Gergasi pun datang ke desa tersebut untuk menyantap manusia. Namun setibanya di sana, ia merasa heran karena desa ini begitu sepi. “Wahai manusia, di mana kalian? Aku sudah sangat lapar sekali ingin segera memakan kalian!” serunya dengan nada sedikit marah. Walau sedikit takut, Si Kelingking memberanikan diri untuk menjawabnya. “Aku di sini, Nenek Tua.” Nenek tua tersebut celingukan mencari sumber suara, tapi tidak kunjung menemukan sosok Si Kelingking. Nenek Gergasi berteriak lebih keras dan dibalas oleh pemuda itu dengan tak kalah kerasnya. Wanita ini mulai ketakutan. Ia mengira ada orang sakti yang akan memusnahkannya. Selang beberapa detik kemudian, Kelingking pun berkata, “Kemarilah, Nek. Aku juga lapar sekali. Sepertinya memakan dagingmu sudah cukup membuatku kenyang.” Mendengar perkatan tersebut tentu saja membuat Nenek Gergasi berlari ketakutan. Karena tidak memperhatikan jalan, ia kemudian jatuh ke dalam jurang dan mati. Setelah merasa semuanya aman, Si Kelingking keluar dari tempat persembunyiannya. Ia kemudian pergi menemui orang tuanya untuk menyampaikan kabar baik ini. Setelah itu, warga desa berbondong-bondong untuk kembali ke rumah masing-masing. Baca juga Kisah Abu Nawas tentang Pesan Bagi Para Hakim dan Ulasan Menariknya, Pelajaran untuk Selalu Profesional dalam Bekerja Dipanggil oleh Raja Sumber Pahamify Setelah Nenek Gergasi musnah, kehidupan para warga kembali normal. Mereka sudah tidak takut lagi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Orang-orang juga sangat berterima kasih kepada Si Kelingking karena berani mengusir nenek pengganggu itu. Berita mengenai Si Kelingking yang mengusir Nenek Gergasi sampai juga ke telinga sang raja. Setelah itu, raja menyuruh beberapa pengawal untuk membawa pemuda ke hadapannya. Tak berapa lama kemudian, pemuda itu datang bersama dengan kedua orang tuanya. “Wahai, anak muda. Apakah benar engkaulah yang sudah mengusir Nenek Gergasi dari desa?” tanya sang raja. “Benar, Baginda. Hamba tidak mungkin berbohong pada Baginda,” jawabnya sopan. “Baiklah kalau begitu, aku memercayai apa yang engkau katakan. Namun jika engkau ketahuan berbohong dan si nenek kembali, maka siap-siap saja engkau kujadikan makanan tikus miliki putriku,” ancam sang raja. “Ampun, Baginda. Apabila memang terbukti berbohong, hamba siap menerima hukuman tersebut. Namun jika benar, hamba ingin dijadikan panglima istana,” kata Si Kelingking. Syarat yang diajukan oleh pemuda itu tentu saja sangat berat. Namun mengingat mengusir Nenek Gergasi tidaklah muda, raja menyanggupi permintaan tersebut. Setelah itu, Kelingking dan kedua orang tuanya kemudian pulang ke rumah. Diangkat Menjadi Panglima Dalam perjalanan pulang, Si Kelingking merasa cemas luar biasa. Ia merasa ragu karena dirinya tidak melihat sendiri Nenek Gergasi yang jatuh ke jurang. Beberapa waktu kemudian ketika kembali dari ladang, Si Kelingking dan ayahnya menemukan melihat jasad Nenek Gergasi di jurang. Seketika itu juga, pemuda itu merasa lega karena si nenek tidak akan pernah kembali mengganggu lagi. Bersama dengan ayah dan beberapa saksi mata, laki-laki muda itu menghadap raja untuk membuktikan itu semua. Raja yang teguh memegang janji itu kemudian mengangkat pemuda itu sebagai panglima kerajaannya. Walau memiliki tubuh yang kecil, Si Kelingking dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Beberapa bulan kemudian, ia memiliki keinginan untuk memiliki seorang istri. Laki-laki bertubuh kecil itu mengutarakan niat tersebut kepada orang tuanya. Ia meminta untuk mereka melamar putri raja untuknya. Hal ini tentu saja membuat orang tuanya terkejut. Bagaimana mungkin mereka yang rakyat biasa berani melamar anak raja? Orang tuanya tentu saja enggan melakukannya. Si Kelingking pun terus mendesak. Mau tidak mau, kedua orang tuanya setuju dan memberanikan diri melamar sang putri. Baca juga Cerita Rakyat Ular Kepala Tujuh dari Bengkulu & Ulasan Menariknya, Bukti Kerendahan Hati dan Keberanian Bisa Mengalahkan Kekejian Perihal Lamaran Sumber YouTube – TV Anak Indonesia Keesokan harinya, kedua orang tua Si Kelingkin pergi menghadap raja dan menyampaikan maksud kedatangan mereka. Seperti yang sudah diduga, tentu saja raja mencaci mereka. “Anak kalian memang tidak tahu diuntung. Diberi sejengkal, minta sedepa. Aku sudah memberikan jabatan tinggi untuknya, tapi sekarang ia meminta anakku? Yang benar saja!” hardik sang raja. Karena tahu ini akan terjadi, orang tua pemuda itu hanya bisa diam dan menerima. Mereka lalu pulang dan mengatakan hal tersebut pada anaknya. Rupanya Si Kelingking adalah seorang yang gigih. Penolakan tersebut tidak membuatnya putus asa. Ia lalu meminta sang ibu untuk menemaninya menemui sang raja. Ia akan mengatakan lamarannya secara langsung. “Ampun, Baginda. Baginda mungkin sudah tahu bahwa maksud kedatangan hamba ke mari adalah untuk meminang putri Baginda. Maka dari itu, izinkanlah hamba menikahi sang putri.” Raja tentu saja ingin melampiaskan amarahnya, tapi sang putri buru-buru mendahului ayahnya berbicara. Katanya, “Ampun, Ayahanda. Perkenankanlah Ananda menerima lamaran ini. Ananda bisa menerima Si Kelingking apa adanya.” Perkataan sang putri tentu saja membuat raja terkejut. Raja bahkan menanyakannya sampai berulang kali dan mengatakan kalau di luar sana masih ada laki-laki yang lebih baik dan gagah dari Kelingking. Namun, jawaban putri tetaplah sama. Ia bersedia menikah dengan pemuda bertubuh mungil itu. Kalau sudah begini, sang raja tidak dapat melakukan apa pun selain merestuinya. Pernikahan dan Kerajaan Baru Pesta pernikahan putri raja dan Si Kelingking diadakan dengan begitu meriah. Sayangnya, banyak sekali warga yang bergunjing dan mengatakan kalau pasangan itu tidak serasi. Tak sedikit pula yang mengatakan kalau sang putri mau menerima pemuda itu hanya karena balas budi karena membuat keadaan kembali aman setelah mengusir Nenek Gergasi. Akan tetapi, pasangan pengantin itu tak ambil pusing. Setelah semua acara selesai, sang raja kemudian membekali pasangan baru tersebut sebagian wilayah kerajaan, beberapa pengawal, dan banyak harta benda. Baginda menyuruh mereka untuk membangun kerajaan sendiri. Kehidupan pernikahan Si Kelingking berjalan dengan baik. Hanya saja, terkadang si putri merasa jengkel karena suaminya itu sering pergi tanpa pamit. Anehnya, setiap kali sang suami pergi, ada seorang pemuda gagah yang datang menemuinya. Kata pemuda itu, “Wahai Putri, ke mana suamimu Si Kelingking?” Sang putri menjawab kalau suaminya sedang pergi. Sang pemuda kemudian meminta izin untuk masuk ke dalam rumah. Karena itu melanggar adat, tentu saja sang putri tidak mengizinkannya. Dengan penolakan tersebut, pemuda tersebut kemudian pergi. Baca juga Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya Jati Diri Kelingking yang Sebenarnya Sumber YouTube – TV Anak Indonesia Kesabaran Putri Raja sepertinya sudah mulai menipis menghadapi kelakuan Si Kelingking yang sering menghilang. Kemudian pada suatu malam, ia pura-pura tertidur. Saat mendapati istrinya tidur, laki-laki itu lalu mengendap-endap pergi. Ia tidak tahu kalau sang istri membuntutinya dari jauh. Ternyata, Si Kelingking pergi ke sebuah sungai tak jauh dari rumahnya. Setibanya di sana, ia lalu membuka pakaian dan berendam di sungai tersebut. Tak berapa lama kemudian, muncullah pemuda gagah dari sungai. Dari kejauhan, sang istri tentu saja terkejut melihatnya. Pemuda itu adalah orang yang sering menemuinya ketika suaminya diam-diam pergi. Sekarang, sadarlah wanita itu kalau laki-laki gagah yang sering menemuinya adalah sang suami. Tanpa pikir panjang, ia lalu mengambil pakaian yang ditanggalkan suaminya lalu membawanya pulang untuk dibakar. Keesokan harinya, pemuda gagah itu kembali menemui sang putri. Karena tidak diizinkan masuk, ia lalu pergi lagi. Namun tak lama kemudian, ia datang kembali. Katanya, “Tolong izinkan aku masuk. Aku adalah Si Kelingking suamimu. Diriku tidak bisa lagi kembali ke wujud asliku karena seseorang mencuri pakaianku,” adunya. “Aku melakukan semua ini hanya untuk menguji kesetiaanmu padaku. Maafkan aku, Istriku,” lanjutnya. Setelah itu, Putri Raja mengaku kalau dirinyalah yang mengambil lalu membakar pakaian itu. Hal itu dilakukannya supaya sang suami tidak usah diam-diam pergi lagi untuk berganti wujud. Akhir cerita, pasangan ini semakin bahagia menjalani kehidupan pernikahannya. Si Kelingking juga dapat memimpin kerajaannya dengan baik. Baca juga Legenda Si Penakluk Rajawali Asal Sulawesi Selatan dan Ulasan Menariknya, Pelajaran Berharga tentang Ketulusan Unsur-unsur Intrinsik dari Cerita Rakyat Si Kelingking Asal Jambi Sumber Peta Tematik Indonesia Legenda Si Kelingking dari Jambi ini cukup panjang, ya? Meskipun begitu tetap seru untuk dibaca, kan? Nah berikutnya, kamu bisa menyimak penjelasan singkat tentang unsur-unsur intrinsik yang membangun kisah tersebut. 1. Tema Kamu mungkin sudah bisa menebak tema apa yang diusung oleh cerita rakyat Jambi berjudul Si Kelingking ini. Ya, benar. Temanya adalah tentang jangan meremehkan seseorang karena penampilan fisiknya semata. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada beberapa tokoh dalam cerita rakyat Si Kelingking berasal dari daerah Jambi ini yang diulas lebih dalam. Tokoh-tokoh tersebut adalah orang tua Kelingking, si Kelingking, Raja, dan Putri Raja. Orang tua Si Kelingking adalah orang yang tabah dan tidak mudah putus asa. Mereka juga begitu menyayangi anaknya meski memiliki fisik yang berbeda dari yang lain. Berikutnya, ada si Kelingking yang tidak rendah diri karena berbeda dari orang lain. Ia juga pribadi yang pemberani dan pantang menyerah untuk mendapatkan apa yang dimau. Di urutan ketiga, yaitu sang raja. Ia sebenarnya adalah ayah yang baik dan mau memberikan yang terbaik untuk putrinya. Hanya saja, terkadang ia sedikit kasar dan mudah marah. Dan yang terakhir adalah putri raja. Wanita ini memiliki kepribadian yang baik dan bijak. Ia mau menerima Si Kelingking apa adanya dan bersedia menikah dengannya. 3. Latar dari Cerita Rakyat Jambi Si Kelingking Secara umum, latar tempat dari kisah tersebut adalah daerah Jambi. Nah untuk lebih spesifiknya, sudah disebutkan beberapa di atas, yaitu desa Si Kelingking, jurang, kerajaan, dan sungai. 4. Alur Sementara itu, alur dari cerita rakyat si Kelingking ini menggunakan progresif atau maju. Kisahnya dimulai dari kelahiran Si Kelingking yang sudah didambakan oleh orang tuanya selama berpuluh-puluh tahun. Meskipun memiliki tubuh sebesari jari kelingking, tapi ia tetap tumbuh dengan baik. Setelah dewasa, dengan keberaniannya pemuda tersebut mengusir Nenek Gergasi yang mengganggu ketenteraman warga desa. Setelah itu, ia diangkat menjadi panglima kerajaan. Ceritanya tidak berhenti di situ saja. Ia kemudian ingin melamar sang putri untuk dijadikan istri. Walau awalnya tidak mudah, tapi dirinya berhasil memperistri putri raja. Di akhir cerita, ternyata Si Kelingking merupakan seorang pemuda yang gagah dan tampan. Ia dan istrinya hidup bahagia di kerajaan barunya. 5. Pesan Moral dari Cerita Rakyat Jambi Si Kelingking Dari cerita rakyat Si Kelingking asal daerah Jambi ini, kamu bisa mengambil pelajaran hidup yang berharga. Salah satunya adalah jangan berputus asa untuk mendapatkan sesuatu. Tunjukkan kegigihanmu, maka kamu akan mendapatkannya. Selanjutnya, jangan pernah menilai seseorang hanya karena fisiknya semata. Setiap orang pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Amanat terakhir dari cerita rakyat Jambi berjudul Si Kelingking ini adalah jangan merasa rendah diri karena memiliki fisik yang berbeda dari yang lain. Tidak seharusnya kekuranganmu menghentikan langkah untuk mendapatkan apa yang kamu mau. Selain unsur-unsur intrinsiknya, jangan lupakan juga unsru ekstrinsik yang membangun kisah tersebut. Unsur ekstrinsik ini biasanya berhubungan dengan nilai moral, sosial, dan budaya. Baca juga Kisah Suri Ikun dan Dua Burung Beserta Ulasan Menariknya, Dongeng Adik Bungsu yang Dibenci oleh Kakak-Kakaknya Fakta Menarik tentang Cerita Rakyat Jambi Si Kelingking Sumber Youtube – Multi Media Setelah menyimak ulasan mengenai unsur-unsur ekstrinsiknya, berikut ini ada fakta menarik dari legenda si Kelingking yang sayang kalau di lewatkan. 1. Versi Lain dari Cerita Rakyat Jambi Si Kelingking Kalau dalam versi yang satu ini, kisah awalnya sama, yaitu ada pasangan yang sudah menikah lama, tapi tak kunjung mendapatkan anak. Setelah itu mereka berdoa memohon untuk mendapatkan keturunan meski hanya sebesar jari kelingking. Mereka bahagia sekali ketika Si Kelingking lahir. Sayangnya ketika semakin dewasa, ia memiliki nafsu makan yang sangat besar. Hal itu tentu saja membuat orang tuanya yang hidup pas-pasan kewalahan. Hingga pada suatu hari, orang tuanya memutuskan untuk menyingkirkan anaknya. Sang ayah lalu mengajaknya ke hutan. Pria tua itu menebang pohon besar lalu diarahkan pada anaknya supaya mati. Setelah itu, ia pulang ke rumah dengan perasaan lega karena anaknya sudah tertimpa pohon. Namun alangkah terkejutnya dirinya karena pada malam harinya, sang anak tiba di rumah dengan membawa pohon besar itu dan berlaku seolah tidak terjadi apa-apa. Tak berhenti di situ, pasangan tua itu berbagai cara untuk menyingkirkannya, tapi tak pernah berhasil. Akhirnya, mereka menyerah dan menerima keadaan anaknya dengan lapang dada. Si Kelingking lalu memanfaatkan kekuatannya untuk melakukan pekerjaan berat lainnya. Dari situ, ia mendapatkan uang sendiri untuk biaya makannya yang besar dan masih bisa membantu orang tuanya. Baca juga Cerita Rakyat Batu Ajuang Batu Peti dan Ulasan Menariknya, Kebohongan yang Membuat Kapal Berubah Menjadi Batu Kagum Membaca Cerita Rakyat Si Kelingking dari Jambi di Atas? Demikianlah tadi kisah lengkap, penjelasan unsur intrinsik, serta fakta menari dari cerita rakyat Si Kelingking yang bisa kamu simak di sini. Bagaimana? Semoga kamu terhibur dengan ceritanya dan mendapatkan pengetahuan, ya! Tak hanya legenda Si Kelingking asal Jambi, masih banyak juga cerita rakyat dari daerah lain yang tidak kalah menarik, lho. Contohnya yang bisa kamu simak di sini adalah kisah Batu Kuwung, asal mula Telaga Biru, dongeng Putri Malu, dan masih banyak lagi. Kalau misalnya mencari dongeng-dongeng dari luar negeri, kisah tentang fabel atau binatang, dan cerita nabi, kamu pun dapat menemukannya di sini. Lengkap banget, kan? Makanya, kamu harus baca PosKata terus! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.
CeritaRakyat Jambi. Legenda Angso Duo Asal Jambi dan Ulasan Lengkapnya, Kisah Perjalanan Rangkayo Hitam Mencari Wilayah Kekuasaan Baru; Legenda Putri Pinang Masak dari Jambi, Kisah Seorang Gadis Tamak Beserta Ulasan Lengkapnya; Kisah Datuk Darah Putih dari Jambi dan Ulasannya, Hulubalang Teladan dari Selat Berhala Tiap daerah di Indonesia memiliki keunikan budaya tersendiri. Salah satunya adalah Provinsi Jambi. Bila tertarik untuk mengetahui cerita rakyat asal Jambi, langsung simak di sini aja!Ada banyak sekali cara untuk mengenal kebudayaan suatu daerah, salah satunya adalah melalui kisah lokal dari daerah tersebut. Jika kamu tertarik dengan Provinsi Jambi, kamu bisa mengulik kebudayaannya melalui cerita rakyat asal banyak yang mengetahui kisah rakyat dari provinsi yang berada di Pulau Sumatera ini. Padahal, cerita-cerita yang dimiliki sangat bagus. Belum lagi, di dalamnya terdapat keunikan-keunikan yang tak ada di cerita kamu juga belum pernah membaca dongeng atau legenda dari Jambi, adalah sebuah pilihan yang tepat untuk terus membaca artikel-artikel di koleksi ceritanya banyak, tiap cerita disajikan dengan menarik dan lengkap karena disertai dengan unsur intrinsik dan fakta menarik. Jadi, tunggu apalagi? Ada banyak cerita rakyat dari Jambi yang menarik tuk dibaca, salah satunya adalah Angso Duo. Bila penasaran dengan legenda tersebut, langsung saja baca artikel ini. Bagi yang suka membaca cerita rakyat Nusantara, buruan cek artikel ini. Sebab, kami telah memaparkan cerita rakyat Putri Pinang Masak dari Jambi. Kisahnya sangatlah menarik dan sarat ...TIap daerah di Indonesia biasanya memiliki cerita rakyat yang menarik tuk disimak. Di Jambi, ada cerita rakyat Rangkayo Hitam yang bisa kamu baca kisahnya di artikel ini. Selamat membaca! Cerita rakyat Datuk Darah Putih dari Jambi merupakan salah satu peninggalan kebudayaan sastra dari Tanah Sumatera. Apakah kamu familier dengan kisahnya? Kalau belum, simak ulasan lengkapnya ...Banyak sekali kisah atau legenda yang berkembang di Indonesia. Salah satunya yang bisa kamu simak adalah cerita rakyat Si Kelingking yang berasal dari Jambi ini. Penasaran seperti apa? ...Indonesia adalah negeri yang kaya akan cerita rakyat, termasuk tentang putri. Salah satunya adalah cerita rakyat Putri Tangguk yang berasal dari Jambi. Penasaran dengan kisahnya? Langsung ...Kamu mungkin masih belum familier dengan cerita rakyat dari Jambi berjudul Ibu Kandungku Seekor Kucing. Ceritanya cukup menarik dan sarat akan pesan moral, lho. Kalau penasaran, sekarang ...Cerita Rakyat Jambi Ibuku Seekor Kucing Di Jambi, hiduplah kakak beradik bernama Mima dan Mimi. Uniknya, keduanya memiliki ibu seekor kucing. Tak ada yang tahu bagaimana bisa begitu. Hidup ketiganya berlangsung normal dan bahagia sampai pada saat kedua putri tersebut dilamar oleh dua orang pangeran. Sayangnya, begitu mengetahui kalau ibu keduanya adalah kucing, lamaranpun dibatalkan. Keduanya pun sedih dan ingin mencari ibu baru agar tidak diremehkan lagi. Kira-kira, berhasilkah keduanya mendapatkan ibu baru yang lebih baik dari ibu mereka? Baca juga Cerita Rakyat Jambi, Ibu Kandungku Seekor Kucing Beserta Ulasan Lengkapnya Kisah Si Kelingking Pernahkah kamu mendengar cerita Si Kelingking yang berasal dari Jambi? Kalau belum, tidak ada salahnya untuk membaca kisah seru yang satu ini. Di dalam kisahnya tersimpan banyak pesan moral yang bisa diambil sebagai pelajaran. Daripada penasaran, langsung saja cari tahu bagaimana ceritanya di sini! Baca selengkapnya Kisah tentang Si Kelingking Asal Jambi dan Ulasan Lengkapnya, Pelajaran untuk Tidak Meremehkan Penampilan Fisik Seseorang Cerita Rakyat Jambi datuk Darah Putih Dahulu kala, hiduplah seorang hulubalang hebat, sakti, dan tangguh bernama Datuk Darah Putih. Namanya diambil karena ketika ia terluka, darah yang keluar tidak berwarna merah, melainkan putih. Suatu hari, ia diberi amanat untuk memimpin sebuah perang guna menjaga kedamaian kerajaan dari serangan Belanda. Karena kehebatan strateginya, pasukan sang datuk unggul di medan peperangan. Sayangnya, karena sedikit lengah, lehernya tersayat oleh pedang pasukan musuh. Lalu, bagaimana nasib sang hulubalang? Baca selengkapnya Kisah Datuk Darah Putih dari Jambi dan Ulasannya, Hulubalang Teladan dari Selat Berhala Cerita Rakyat Rangkayo Hitam Kisah ini berawal dari menjelmanya empat buah kelapa gading menjadi tiga sosok pria dan satu wanita. Keempat orang tersebut menjadi pemimpin di daerahnya masing-masing. Sayangnya, walau berbeda wilayah, tetap saja timbul percekcokan di antara keluarga. Kira-kira masalah apa saja yang timbul? Baca selengkapnya Legenda Rangkayo Hitam dan Ulasan Lengkapnya, Kisah Seorang Raja yang Memperjuangkan Kesejahteraan Kerajaan Jambi Cerita Rakyat Jambi Putri Pinang Masak Dahulu kala, tersebutlah seorang putri yang amat tamak bernama Putri Pinang Masak. Ia disukai oleh Raja dari Pantai Timur dan sang baginda berniat untuk melamarnya. Sang putri pun mengajukan syarat sebagai mahar dan sang raja menyanggupi. Awalnya, ia sangat senang. Namun, setelah mengetahui bahwa sang raja sudah tua, ia mulai galau dan berpikir bagaimana cara menggagalkan usaha sang raja. Berhasilkah usaha si putri tamak tersebut? Baca selengkapnya Legenda Putri Pinang Masak dari Jambi, Kisah Seorang Gadis Tamak Beserta Ulasan Lengkapnya Cerita Rakyat Jambi Angso Duo Dahulu kala, tersebutlah seorang raja terkenal bernama Rangkayo Hitam. Setelah lama membujang, akhirnya ia menemukan tambatan hati bernama Putri Mayang. Anehnya, setelah menikah. sang ibu memintanya untuk melakukan sesuatu yang tak biasa. Ibu sang raja memintanya untuk membawakannya sepasang itik. Sang ibu menyuruh si anak untuk melepas kedua itik tersebut dan mengikuti kemana perginya kedua itik tadi. Kira-kira, apa maksud dari ibu sang raja? Baca selengkapnya Legenda Angso Duo Asal Jambi dan Ulasan Lengkapnya, Kisah Perjalanan Rangkayo Hitam Mencari Wilayah Kekuasaan Baru EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri. CeritaRakyat Jambi Angso Duo. Dahulu kala, tersebutlah seorang raja terkenal bernama Rangkayo Hitam. Setelah lama membujang, akhirnya ia menemukan tambatan hati bernama Putri Mayang. Anehnya, setelah menikah. sang ibu memintanya untuk melakukan sesuatu yang tak biasa. - Kota Jambi merupakan ibu kota Provinsi Jambi. Provinsi ini terletak di Pulau Sumatera. Kota Jambi memiliki luas hektar. Kota Jambi dibelah oleh Sungai Batanghari menjadi dua bagian, yaitu bagian selatan dan bagian utara. Bagian selatan merupakan bagian terbesar Kota Jambi, dimana wilayah di bagian selatan sedikitnya terdapat lima anak Sungai Batanghari. Serajarah Kota Jambi Jambi sebagai daerah pemukiman dan pusat kedudukan pemerintah telah berlangsung dari masa ke masa. Penamaan Jambi dan keberadaan Kota Jambi muncul dalam serangkaian cerita sejarah. Baca juga Apa Lagu Daerah di Jambi? Sejarah Dinasti Sung memaparkan bahwa Maharaja San-fo-tsi Swarnabhumi berada di Chan-pi. Utusan dari Chan-pi datang untuk pertama kalinya di istana Kaisar China pada tahun 853 M. Kemudian, utusan kedua datang pada 871 M. Informasi tersebut menandakan bahwa Chan-pi yang diidentifikasikan oleh pakar sebagai Jambi sudah muncul di berita China pada tahun-tahun tersebut. Sehingga, Chan-pi atau Jambi telah ada dan dikenal pda abad 9 M. Berita China Ling Pio Lui 890-905 M juga menyebutkan bahwa Chan-pi Jambi mengirim misi dagang ke China. Kata Jambi juga berasal dari Jambe yang merupakan sebutan pinang dalam bahasa Jawa Sunda. Banyak orang memperkirakan bahwa kata tersebut merupakan asal-usul kata Jambi. Dengan, adanya perubahan bunyi dan huruf dari Jambe ke Jambi. Identifikasi ini menginformasikan kata Jambe ke Jambi pada abad 15, semasa Kerajaan Jambi di perintahkan Puteri Selaro Pinang Masak pada 1460-1480. Cerita Angso Duo Cerita lain disebutkan Orang Kayo Hitam, putra dari Puteri Selaro Pinang Masak dengan Ahmad Barus II/Paduko Berhalo menyusuri sungai mengikuti sepasang itik besak Angso Duo atas saran mertuanya Tumenggung Merah Mato Raja Air Hitam Pauh. Orang Kayo Hitam menyusuri aliran Sungai Batanghari bersama istrinya Putri Mayang Mengurai menggunakan perahu Kanjang Lako. Mereka diminta untuk mencari tempat untuk mendirikan kerajaan baru. Baca juga Keunikan Keris Tumbuk Lada, Senjata Khas Jambi Tumenggung Merah Mato Raja Air Hitam Pauh berpesan kepada pada anak menantunya. Bahwa, tempat yang dipilih adalah dimana sepasang angsa naik ke tebing dan berada di tempat tersebut selama dua hari dua malam. Setelah beberapa hari menyusuri Sungai Batanghari, lalu kedua angsa naik ke daratan di sebelah hilir Kampung Jam, waktu itu namanya kampung Tenadang. Sesuai amanah mertuanya, Orang Kayo Hitam dana istrinya Putri Mayang Mangurai serta pengikutnya mulai membangun kerajaan baru yang disebut "Tanah Pilih". Letak pusat pemerintahan kerajaa berada di Kota Jambi saat ini. Danau Sipin, Kota Jambi Cerita tentang Angso Duo ini sebagai kebesaran Kerajaan Melayu Jambi di masa lalu ditorehkan sebagai filosofi Lambang Kota Jambi, saat ini. Dalam lambang tersebut antara lain terdapat gambar dua angsa. Setelah Orang Kayo Hitam menjadi raja, pusat kerajaan dipindahkan dari Ujung Jabung ke Tanah Pilih sekitar abad 16. Baca juga Alat Musik Daerah Jambi Tanah Pilih menjadi kedudukan Pemerintah Jambi. Masa Hindia Belanda Istana yang dibangun di Bukit Tanah Pilih menjadi Istana Tanah Pilih yang terakhir. Istana tersebut merupakan tempat kelahiran dan pelantikan Sultan Thaha Saifuddin sebagai sultan pada 1855. Istana Tanah Pilih dibumi hanguskan oleh Sultan Thaha sebagai serangan balik tentara Belanda. Peristiwa terjadi karena sultan dan panglimanya, Raden Mattaher menyerang dan berhasil menenggelamkan satu kapal perang Belanda di perairan Muaro Sungai Kumpeh. Baca juga 5 Fakta Menarik Jambi, Provinsi yang Miliki Sungai Terpanjang di Sumatera Istana Tanah Pilih yang telah menjadi puing-puing dikuasi Belada dan menjadi tempat markas serdadau Belanda. Setelah Sultan Thaha gugur pada 27 April 1904, Belanda menempati kerajaan Jambi sebagai bagian wilayah kekuasaan kolonial Hindia Belanda. Jambi Resmi Ibu Kota Provinsi Jambi Kedudukan Jambi secara administratif berubah dalam bebarapa tingkatan, mulai daerah otonom, kotamadya dan kota besar. Jambi resmi menjadi ibu kota Provinsi Jambi pada 6 Januari 1957 berdasarkan Undang-undang nomor 61 tahun 1958. Sumber dan Citra Kota Jambi Dalam Arsip, Arsip Nasional Republik Indonesia 2014 Ceritarakyat jambi angso duo. Ada seorang puteri bernama selaras pinang masak, yang bertempat tinggal di hulu sungai batanghari. Alur cerita rakyat angso duo dari jambi. Cerita rakyat asal usul angso duo versi lainnya: Akhirnya sejak saat itu, angso duo mulai dikenal dan dibuka dalam sejarah berdirinya kerajaan muaro jambi. Alur dari legenda Jambi - Angso Duo menjadi binatang yang melegenda dan sarat dengan nilai-nilai sejarah, utamanya sejarah terbentuknya "Tanah Pilih Pesako Betuah" Kota Jambi. Kini posisi penting sejarah dan seiring berkembangnya zaman, Angso Duo dituangkan lewat canting ke dalam motif batik khas Jambi yang diberi nama batik Angso Duo. Seperti apa filosofi Angso Duo yang dituangkan menjadi batik? Berdasarkan catatan sejarah, Kepala Museum Negeri Jambi, Leni Nurleni menyebutkan, Angso Duo identik dengan Orang Kayo Hitam dan Tanah Pilih. Pada era kerajaan Jambi, saat itu Orang Kayo Hitam adalah pemegang keris Siginjei dan berhasil mengalahkan Temenggung Merah Mato. Menikahi Perawan dengan Mahar Rp300 Ribu, Apa Kabar Kakek Badu? Isak Tangis Keluarga Sambut Jenazah Agung Hercules di Rumah Duka Kisah Jodi Bocah Pemungut Cengkih di Kuningan Menimba Ilmu Berbekal Semangat Usai mengalahkan temenggung tersebut, Orang Kayo Hiyam kemudian menikah dengan Mayang Mangurai, putri dari Temenggung Merah Mato. Setelah menikah, keduanya pun berusaha menemukan daerah pilihan untuk dijadikan kerajaan dengan cara mengikuti sepasang angsa milir di Sungai Batanghari. Kemudian setelah milir, Angso Duo ini naik ke darat untuk mandi tanah mupur dan menghilang tepatnya di Kota Jambi, kini kawasan yang didatangi sepasang angsa itu berdiri Masjid Agung Al-Falah. Sehingga, sesuai pesan temenggung Merah Mato, di mana angsa tersebut berhenti, maka di situ lah tempat yang dipilih untuk mendirikan kerajaan Tanah Pilih. "Karena sejarahnya Angso Duo tadi, maka mendorong perajin batik membuat motif Angso Duo ke dalam khazanah batik sebagai simbol daerah Jambi. Angso duo ini menjadi milik bersama, sehingga pencipta motif ini hingga kini tidak diketahui siapa," kata Leni kepada Kamis 1/8/2019. Motif batik Angso Duo, kata Leni, tergolong motif fauna yang melegenda dan sarat dengan nilai sejarah. Selain sejarah, motif ini memiliki kandungan pesan yang cukup mendalam, yakni nilai kegigihan dan kesabaran dalam berusaha. Serta nilai keselarasan antara sesama makhluk ciptaan Tuhan. Selain itu, nilai yang terkandung dalam motif Angso Duo ini kata Leni, adalah keselarasan antara manusia dan binatang untuk saling menghormati sesama makhluk. Termasuk kepada binatang. "Binatang memang tidak dikaruniai akal, tapi binatang memiliki insting yang tingggi, termasuk angsa. Dan berkat instingnya itu binatang bisa membaca tanda-tanda alam," kata Leni seraya menambahkan, selain batik, Angso Duo juga menjadi lambang untuk Kota Jambi. Sedangkan dalam motif batik Angso Duo yang amati, terlihat untuk motif utama dari gambar Angso Duo tersebut, dikombinasikan dengan gambar pendukung seperti gambar-gambar garis melengkung dan gambar bunga. Hal itu menjadi daya tarik tersendiri bagi penyuka batik. "Suka dengan motifnya, lebih menonjol kedaerahannya, orang Jambi pasti tahu sejarah Angso Duo. Dan juga dengan kita memakai batik motif lokal bisa mengangkat perajin batik lokal juga," kata Vita Putri, warga Kota Jambi saat memilih batik di salah satu gerai batik di kawasan Simpang Pulai, Jambi.
Jambi AP — Sebelum tahun 1960-an, pada masa itu masyarakat Jambi belum mengenal yang namanya pasar tradisonal Angso Duo yang saat ini menjadi polemik soal pemindahan agen dan sub agen oleh pemerintah Kota Jambi.. Angso duo yang saat ini kita kenal sebagai pasar induk tradisional dan menjadi sentra pasar di Provinsi Jambi itu, sebelumnya pada tahun 60-an masyarakat jambi melakukan transaksi
Cerita Rakyat Dari Jambi – Semboyan dari Kota Jambi adalah “Tanah Pilih Pesako Betuah”, yang secara filosofi memiliki pengertian “Kota Jambi sebagai pusat pemerintahan kota sekaligus sebagai pusat sosial, ekonomi dan kebudayaan” Pengertian tersebut juga mencermin kan jiwa dari masyarakatnya, yang memegang teguh adat istiadat, serta hukum adat yang berlaku. Namun selain itu, Jambi juga sangat kaya akan cerita rakyatnya, yang sarat akan nilai-nilai moral di dalamnya. Baca Juga Catat inilah Legenda Rakyat Sumatera Selatan yang paling terkenal Wajib tahu 5 Legenda Rakyat Dari Minangkabau Sumatera Barat yang terkenal Daftar Isi ContentsCerita Rakyat Dari Jambi1. Sejarah Asal-Usul Angso Duo 2. Asal Muasal Daerah Negeri Lempur3. Cerita Putri Tangguk, Cerita Rakyat Dari Jambi4. Datuk Darah Putih5. Cerita Putri Cermin Cina Cerita Rakyat Dari Jambi Nah, apa sajakah kelima judul dari cerita rakyat Jambi yang terkenal hingga sekarang ? Yuk, kita lihat ulasannya di bawah ini ya. 1. Sejarah Asal-Usul Angso Duo Angso Duo – Cerita Rakyat Dari Jambi Pada masa itu Jambi masih menjadi bagian dari kerajaan Pagaruyung, yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Ada seorang puteri bernama Selaras Pinang Masak, yang bertempat tinggal di hulu sungai Batanghari. Karena menolak untuk tunduk kepada kekuasaan Majapahit, yang saat itu akan berpisah dari kerajaan Pagaruyung, maka sang puteri pun melarikan diri. Dalam pelarian tersebut, dirinya mendapatkan petuah untuk mencari lokasi baru sebagai tempat tinggalnya kelak . Lalu sesuai dengan petunjuk itu, Selaras Pinang Masak melepaskan dua ekor angsa jantan dan betina, di sungai Batanghari. Sambil memperhatikan kemana kedua angsa itu akan berlabuh, sang puteri menandainya sebagai titik lokasi untuk membangun istana yang baru. Akhirnya dirinya melihat kedua angsa itu berlabuh di sebuah daratan . Dan disitulah dia membangun istananya kembali. Lalu sejak itu, legenda tentang Angso Duo menjadi terkenal, dan tercatat dalam sejarah berdirinya kerajaan Melayu Jambi. Patung Angso Duo banyak terdapat di Jambi, yang sekaligus menjadi lambang dari provinsi tersebut. 2. Asal Muasal Daerah Negeri Lempur Asal Muasal Daerah Negeri Lempur – foto Alkisah pada zaman dahulu, berdiri Kerajaan Pamuncak Tiga Kaum, yang berada di bawah pemerintahan tiga bersaudara. Yaitu Pamuncak Rencong Talang, Pamuncak Tanjung Seri, dan Pamuncak Koto Tapus. Pada suatu saat, hasil panen rakyat di Pamuncak Rencong Talang sangatlah melimpah ruah, hingga merayakannya dengan pesta panen. Namun karena tidak dapat undangan pesta tersebut, maka Pamuncak Tanjung Seri mengutus istri dan kedua anaknya. Singkat cerita, mereka hadir di negeri Pamuncak Rencong Talang yang merayakan pestanya selama tiga hari tiga malam. Dan Hingga pada malam ketiga, hadirlah anak perempuan dari Pamuncak Tanjung Seri, yang menjadi incaran para pemuda. Setelah pesta selesai di pagi hari, sang ibu gadis itu mengajak anaknya pulang. Namun, anaknya tidak mempedulikan panggilannya. Ketika ada seorang pemuda bertanya kepadanya, siapa perempuan tua yang memanggilnya itu? maka anak perempuan itu menjawab, bahwa “perempuan itu adalah pesuruh saya”. Mendengar jawaban itu, hati ibunya pun terluka. Dalam perjalanan pulang, mereka sampai di daerah antara Pulau Sangkar dan Lolo yang berawa dan berlumpur. Maka berdoa lah isteri Pamuncak Tanjung Sari kepada Tuhan, agar anaknya yang durhaka itu tertelan oleh rawa lumpur. Dan doanya pun terkabul, hingga sang anak terjerat kakinya oleh rawa yang berlumpur, hingga tenggelam. Tangisan dan jeritan minta tolongnya, tidak mendapatkan tanggapan dari ibu dan pengawalnya. Sebelum sang anak tenggelam sepenuhnya, sang ibu sempat mengambil gelang dan selendang Jambi yang tersampir di dirinya. Hingga akhirnya tenggelam lah gadis itu sepenuhnya. Setelah kejadian itu, negeri itu mendapatkan julukan sebagai Lempur, yang berasal dari kata Lumpur. Sementara itu, gelang tersebut dibuang ke sebuah tebat, yang akhirnya menjadi bernama Tebat Gelang. Sedangkan kain panjang Jambinya, dibuang pula ke tebat yang lain hingga bernama Tebat Jambi. Pesan moral dari cerita ini adalah, jangan membuat murka Tuhan, karena murkanya orangtua adalah murkanya Tuhan. 3. Cerita Putri Tangguk, Cerita Rakyat Dari Jambi Putri Tangguk – Cerita Rakyat Dari Jambi Putri Tangguk adalah seorang petani yang tinggal di Negeri Bunga Tanjung. Walaupun dirinya hanya memiliki sawah seluas tangguk, namun mampu menghasilkan padi yang sangat melimpah. Pada suatu hari, Putri tersebut mendapatkan peristiwa aneh di sawahnya, ketika mendapati tanaman padinya berubah menjadi rerumputan tebal. Semuanya terjadi akibat kesombongan, hingga lupa untuk bersyukur, dan akhirnya mendapat kutukan. Pesan moral dari cerita ini adalah, untuk tidak menyia-nyiakan padi. Selain itu, keburukan dari sifat sombong dan takabur dari Putri Tangguk, tercermin dari perilakunya. Dirinya telah meremehkan padi, dengan cara menyerakkannya di jalan yang licin, sebagai pengganti pasir. Akibatnya, hidupnya menjadi sengsara, akibat telah membuat murka Raja Padi, dan menyia-nyiakannya menjadi sesuatu yang mubazir. Pesan moral dari cerita ini adalah, bahwa harta dan pekerjaan dapat membuat seseorang lalai dan lengah, hingga tidak waspada dalam berbuat sesuatu. Dan akhirnya, mengakibatkan kebinasaan dan malapetaka. 4. Datuk Darah Putih Cerita Rakyat Dari Jambi selanjutnya adalah cerita tentang Datuk Darah Putih. Dahulu di Jambi, ada sebuah kerajaan yang memiliki hulubalang bernama Datuk Darah Putih. Karena jika terluka, darah yang keluar akan berwarna putih. Dirinya merupakan hulubalang yang jujur, pandai, dan berani. Suatu hari, Raja memerintah kan Datuk Darah Putih untuk membentuk pasukan inti kerajaan, yang dalam waktu singkat, berhasil terbentuk. Raja pun memerintah kan Datuk untuk berperang, hingga seluruh pasukannya menyiapkan diri dengan segala peralatan perangnya. Pada Keesokan harinya, mereka berangkat ke Pulau Berhala dengan menggunakan tiga buah perahu besar. Istri Datuk Darah Putih yang sedang hamil tua pun, ikut mengantarkannya sampai ke pelabuhan. Beberapa saat kemudian, ketiga perahu tersebut tiba di Pulau Berhala, dan langsung membuat benteng pertahanan serta tempat pengintaian. Hingga pada keesokan harinya, tampak pasukan Belanda memasuki Selat Berhala. Datuk Darah Putih beserta pasukannya segera berlompatan masuk ke dalam kapal-kapal Belanda sambil melakukan penyerangan. Pasukan Belanda yang mendapat serangan mendadak itu pun menjadi panik, dan kalah dalam pertarungan tersebut Tiga hari kemudian, tampak iring-iringan tiga kapal besar dengan jumlah serdadu yang lebih banyak memasuki Selat Berhala. Namun, hal itu tidak membuat Datuk Darah Putih gentar. Ia pun segera menyiapkan pasukannya untuk menghalaunya. Namun kali ini, pasukannya mengalami kekalahan, dan membuat lehernya tersabet pedang seorang serdadu Belanda, hingga mengeluarkan darah putih. Namun saat itu dirinya berhasil mendapatkan perawatan, namun darah putihnya tetap mengalir. Sang Datuk memerintahkan seorang prajurit untuk mencarikannya batu sengkalan, guna menutup lukanya. Dan tidak berapa lama, prajurit itu pun berhasil membawa sebuah anak batu sengkalan yang tipis. Ketika batu tersebut menempel pada luka, darah putih itu pun berhenti seketika. Dan seketika itu juga, Datuk Darah Putih langsung melompat ke atas perahu. Meskipun masih terluka,dirinya masih mampu melakukan perlawanan. Tidak berapa lama, akhirnya seluruh serdadu Belanda tewas. Namun, di balik kemenangan itu tersimpan rasa sedih melihat keadaan Datuk Darah Putih yang terluka parah. Mereka pun kembali ke benteng pertahanan sambil memapah pemimpin mereka. 5. Cerita Putri Cermin Cina Putri Cermin Cina – Cerita Rakyat Dari Jambi Zaman dahulu kala di wilayah Jambi, terdapat sebuah negeri dengan seorang pemimpinnya yang bernama Sutan Mambang Matahari. Raja tersebut memiliki seorang anak laki-laki bernama Tuan Muda Selat dan seorang anak perempuan bernama Putri cermin Cina. Tuan Muda Selat adalah pemuda yang tampan, namun sangat ceroboh. Sementara Putri Cermin Cina, merupakan puteri yang cantik jelita, baik hati, dan lemah lembut. Pada suatu hari, datanglah saudagar muda ke daerah tersebut, yang bernama Tuan Muda Senaning. Saat itu dirinya hanya bermaksud untuk berdagang. Namun saat perjamuan makan tiba, dirinya jatuh hati pada Putri Cermin Cina. Tidak bertepuk sebelah tangan, Putri Cermin Cina pun menaruh hati pada Tuan Muda Senaning. Tak lama kemudian, sang pria datang menghadap Sutan Mambang Matahari, untuk melamar Putri Cermin Cina. Sang ayahanda pun menerima pinangan tersebut, namun hari pernikahan harus tertunda selama 3 bulan. Sutan Mambang Matahari harus berlayar dahulu, untuk mencari bekal pesta pernikahan putrinya. Sebelum berangkat berlayar, dirinya berpesan kepada anak laki-lakinya, untuk menjaga adiknya dengan baik. Namun akibat kecelakaan yang terjadi dari hasil permainan gasing antara kekasih dan abangnya, Sang Puteri pun meninggal dunia. Tuan Muda Senaning sangat merasa bersalah karena kematian kekasihnya, hingga membuatnya putus asa, dan melakukan tindakan bunuh diri. Dia menancapkan dirinya ke arah mata tombak, hingga menembus tubuhnya Melihat situasi yang tragis tersebut, Tuan Muda Selat pun kebingungan, dan takut ayahandanya pasti marah besar akibat peristiwa tersebut. Hingga akhirnya memakamkan kedua jenazah tersebut. Tubuh Puteri Cermin Cina menempati makam di tepi sungai, sementara Tuan Muda Senaning mendapatkan pemakaman di Dusun Senaning. Akibat perasaan bersalahnya, Tuan Muda Selat pergi meninggalkan negerinya bersama masyarakat di kampungnya, hingga berlabuh Kampung Selat. Sedangkan Tuan Muda Selat, pergi tanpa mempunyai tujuan yang jelas. Tidak lama kemudian Sutan Mambang Matahari kembali ke rumahnya, namun kebingungan melihat kampungnya menjadi sepi. Hanya tersisa beberapa orang yang menjaga istananya. Setelah dia mengetahui tentang kejadian sebenarnya, Sutan Mambang Matahari pun merasa sedih, hingga akhirnya pergi meninggalkan kampungnya. Saat itu sisa dari penduduk kampung ikut menemaninya. Mereka pindah ke dusun seberang, dan mendirikan kampung baru, yang terletak di antara makam Tuan Muda Senaning, dan kapalnya. Kampung tersebut saat ini bernama Dusun Tengah Lubuk Ruso. Baca Juga Inilah 4 Cerita Rakyat Dari Papua yang Terkenal dan sering diceritakan Daftar Cerita Rakyat Dari Nusa Tenggara Barat yang terkenal Demikianlah beberapa infromasi mengenai kisah 5 cerita rakyat Jambi yang terkenal hingga sekarang dan masih sering diceritakan kepada generasi muda Jambi. Semoga dapat bermanfaat bagi Sobat semua, dan membuat kita semakin mencintai kelestarian budaya Jambi. tGPNtv.
  • gm8d8g08oh.pages.dev/222
  • gm8d8g08oh.pages.dev/881
  • gm8d8g08oh.pages.dev/292
  • gm8d8g08oh.pages.dev/515
  • gm8d8g08oh.pages.dev/174
  • gm8d8g08oh.pages.dev/709
  • gm8d8g08oh.pages.dev/745
  • gm8d8g08oh.pages.dev/110
  • cerita rakyat jambi angso duo